Kamis, 10 September 2009

Israel Buka Kantor Dagang di Indonesia, Waspadai!!

Beberapa sumber perekonomian negara Israel mengabarkan jika pihaknya telah membuka kantor dagang di ibu kota Indonesia, Jakarta. Meskipun tidak adanya hubungan diplomatik antara kedua negara, namun hal tersebut tidak menjadi halangan pihak Israel untuk memiliki kantor dagang khusus di ibu kota negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia itu.

Orah Korn, koresponden pada desk ekonomi di harian Dza Marker berbahasa Ibrani yang terbit di Israel, menulis laporan, Israel tengah berupaya memperluas jaringan dan hubungan ekonominya dengan negara-negara di Asia Tenggara, salah satunya adalah Indonesia.

Tujuan dibukanya kantor dagang Israel di Jakarta sendiri, demikian Korn, adalah untuk memulai babak baru hubungan ekonomi antara Israel dan Indonesia.

Ternyata, sebelum kantor dagang Israel itu dibuka di Jakarta, hubungan "gelap dan diam-diam" antara Indonesia dan Israel telah berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu.

Hal tersebut diungkapkan sendiri oleh Ran Kohin, kepala kantor dagang Israel-Asia. Kohin menegaskan, dibukanya kantor dagang Israel di Jakarta merupakan hasil dari perkembangan yang baik dalam hubungan ekonomi antara Indonesia dan Israel yang telah berlangsung sejak beberapa tahun lalu, meskipun tak ada hubungan diplomatik antara keduanya.

Ditambahkan oleh Kohin, Israel melihat adanya peluang serta potensi pasar dagang dan ekonomi yang begitu besar di Indonesia. Negara tersebut dipandangnya sebagai negara yang subur, memiliki cadangan sumber daya alam yang melimpah, memiliki wilayah yang luas (seluas benua Eropa), juga penduduk yang mencapai 200 juta jiwa.

"Dengan segala potensi itu, Indonesia bisa menjadi kekuatan ekonomi yang besar," terang Kohin.

Jabatan kepala kantor dagang Israel untuk Indonesia sendiri dipegang oleh Immanuel Shahaf. Shahaf menegaskan, pihaknya akan bekerja keras untuk kemajuan hubungan dagang kedua negara.

[muslimdaily-era]

Ternyata Geert Wilders Yahudi Belanda Berasal Dari Jawa Timur


Politikus Geert Wilders ternyata Yahudi berdarah Indonesia. Nenek buyutnya berasal dari keluarga Yahudi Hindia Belanda (kini Indonesia) dengan nama keluarga Meijer. Identitas ini dicoba ditutupi dengan mengecat pirang rambutnya.

Demikian hasil penelitian ginealogis Dr. Lizzy van Leeuwen, spesialis sejarah poskolonial Belanda, dalam mingguan opini De Groene Amsterdammer edisi pekan ini (3/9/2009).

"Kakek buyutnya adalah Johan Ording, Wakil Direktur Pengawas Keuangan di Jawa Timur dan bukan seorang militer seperti pengakuan Wilders sebelumnya," ungkap Van Leeuwen.

Ording dipecat di 1934 karena ‘penyalahgunaan berat’ dan biaya perjalanannya kembali ke Hindia Belanda -dia saat itu sedang liburan di Negeri Belanda- tidak diganti.

Van Leeuwen menemukan data tentang Johan Ording ini di Nationaal Archief (Arsip Nasional), Den Haag.

Selain itu Ording juga tidak mendapat pensiun, sehingga keluarganya mengalami kesulitan keuangan berat. "Tak bisa lain, peristiwa kurang menyenangkan itu telah meninggalkan jejak mendalam dalam keluarga itu," terang Van Leeuwen.

Van Leeuwen mendeskripsikan bahwa sejarah keluarga Wilders yang berakar di Hindia Belanda itu memiliki pengaruh besar pada ideologi politiknya. "Melebihi apa pun, Wilders dapat ditempatkan sebagai pendendam poskolonial pur sang, terobsesi oleh pembalikan perubahan demografis pascaperang dan pelurusan kesalahan sejarah," paparnya.

Dalam artikelnya Van Leeuwen juga mengaitkan antara Wilders dengan Nationaal-Socialistische Beweging/NSB (Gerakan Sosialistis Nasional) (detik).

ImHalal.com, Saingan Google Yang Dijamin Kehalalannya


AMSTERDAM - Pengguna internet Muslim potensial yang mungkin sebelumnya telah menghindari internet karena ada beberapa konten yg kurang sehat, kini memiliki pilihan yg aman di mesin pencari baru: Imhalal.com

"Tujuan utama kami adalah untuk menjadi nomor satu situs web di setiap Muslim di rumah," Reza Sardeha, pendiri ImHalal.com, kepada The Media Line.

Sementara penggunaan internet meningkat dengan cepat di Timur Tengah dan Afrika Utara selama beberapa tahun terakhir, banyak pengguna potensial yang telah menjauh karena konten yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Mesin pencari itu tidak akan memberikan hasil yang dianggap haram, dilarang, dan hanya menunjukkan permintaan hasil yang halal, disetujui, di bawah hukum agama Islam.

"Gagasan itu tumbuh dari beberapa teman dan saya, yang semuanya menggunakan Yahoo! Dan Google sebagai mesin pencari, dan kami terus menemukan konten eksplisit," kata Sardeha.

"Saya mendapatkan ide untuk meluncurkan mesin pencari yang khusus dirancang untuk umat Islam di mana Anda dapat mencari situs Web tanpa harus menemukan konten yang dianggap haram," katanya

"Pertama-tama, kita telah memblokir semua konten eksplisit secara seksual. Kami juga melakukan pembicaraan dengan Imam untuk menentukan apa yang mungkin dianggap haram dan karena itu akan diblokir."

Filter yang dipakai bersifat statis tetapi terdiri dari tiga lapisan yang berbeda yang berfungsi untuk memberikan pengguna sebuah mesin pencari yang sebaik mungkin.

"Imhalal bukan diktator atau sensor situs web, kami ingin orang-orang dapat melanjutkan pencarian online mereka," komentar Sardeha.

"Jika Anda mengetik sebuah istilah pencarian yang tingkat satu atau tingkat dua haram, user masih memiliki kesempatan untuk melanjutkan jika ia benar-benar yakin bahwa istilah pencarian akan memiliki hasil yang halal. Tetapi jika hasilnya adalah tiga dari tiga maka tidak ada hasil yang akan ditampilkan oleh Imhalal.com," Sardeha menjelaskan.



"Kami menggunakan dua sistem lapisan, pertama-tama mesin pencari melakukan analisis konten Imhalal.com dan semua situs web yang mengandung materi yang eksplisit akan disaring keluar. Beberapa situs web masih akan diambil dan yang kedua, filter lebih agresif dan progresif masuk dan itulah yang anda lihat ketika Anda akan mencapai tingkat Haram," dia melanjutkan.

Sardeha memiliki harapan yang tinggi dan lebih rencana untuk masa depan.

"Dalam waktu sebulan itu kami berharap untuk menambahkan widget Islam seperti waktu sholat sehingga Anda dapat dengan mudah mengetahui kapan harus sholat atau ketika Anda datang ke situs web Anda akan melihat sebuah kutipan dari Al Qur'an. Kami sebagai memasarkan homepage sosial Imhalal untuk rumah tangga Muslim," dia berkata.

Sebuah pencarian cepat pada Imhalal.com mengungkapkan bahwa banyak situs berita barat besar telah dibersihkan maupun situs media sosial yang populer seperti Twitter dan Facebook. (iw/ml/smedia)

Rabu, 09 September 2009

ALLAH DAN ISLAM

ALLAH

Penggunaan kata Allah yang berarti Tuhan sering kali terdengar agak aneh, esoterik, dan asing bagi telinga orang Barat. Allah adalah kata dalam bahasa Arab yang berasal dari pemadatan al dan Ilah. Ia berarti Tuhan atau menyiratkan Satu Tuhan. Secara linguistik, bahasa Ibrani dan bahasa Arab terkait dengan bahasa-bahasa Semitik, dan istilah Arab Allah atau al-Ilah terkait dengan El dalam bahasa Ibrani, yang berarti Tuhan.1 El-Elohim berarti Tuhannya para tuhan atau Sang Tuhan.2 Ia adalah kata bahasa Ibrani yang dalam Perjanjian Lama diterjemahkan Tuhan. Karena itu, kita bisa memahami bahwa penggunaan kata Allah adalah konsisten, bukan hanya dengan Al-Qur'an dan tradisi Islam, tetapi juga dengan tradisi-tradisi-biblikal yang tertua.

Persamaan mendasar antara istilah Arab
al-Ilah, di mana Allah merupakan pemadatannya, dan istilah Ibrani El-Elohim bisa dipahami secara lebih jelas jika kita memerhatikan abjad bahasa Arab dan Ibrani. Baik bahasa Arab maupun Ibrani sama-sama tidak memiliki huruf untuk bunyi vokal. Abjad kedua bahasa tersebut hanya terdiri dari konsonan, dan keduanya bersandar pada penandaan sebagai bunyi vokal yang secara khas ditemukan hanya dalam tulisan formal sebagai satu petunjuk pengucapan. Transliterasi bahasa Indonesia dari istilah Arab al-Ilah dan istilah Ibrani El-Elohim telah memasukkan penandaan-penandaan vokal ini. Jika kita harus menghilangkan transliterasi Indonesia berupa penandaan-penandaan vokal ini, maka istilah Arab tersebut menjadi al-Ilh dan istilah Ibrani di atas menjadi El-Elhm. Jika kita harus menghilangkan bentuk jamak, yang hanya ditemukan dalam bahasa Ibrani, maka istilah Arabnya tetap al-Ilh, sementara istilah Ibraninya menjadi El-Elh. Akhirnya, jika kita harus melakukan transliterasi atas seluruh "alif" dalam bahasa Arab sebagai "a", dan seluruh "alif" dalam bahasa Ibrani sebagai "a" juga, maka istilah Arabnya menjadi Al-Alh, dan istilah Ibraninyapun menjadi Al-Alh. Dengan kata lain, dengan pengecualian tunggal bahwa bahasa Ibrani menggunakan bentuk jamak, al-Ilah, di mana Allah merupakan pemadatannya, dan El-Elohim, istilah Ibrani yang diterjemahkan sebagai Tuhan dalam Perjanjian Lama, benar-benar merupakan istilah yang sama sekali identik dalam bahasa Arab dan Ibrani, dua bahasa yang memiliki hubungan sangat erat.


ISLAM

Islam adalah kata Arab yang secara harfiah berarti berserah, yakni berserah diri kepada kehendak dan kuasa Allah. Namun demikian, ini bukan hanya jenis penyerahan isapan jempol. Islam mengisyaratkan kepasrahan total dari hati, pikiran, dan tindakan. Jenis penyerahan total ini menemukan ekspresinya dalam kitab-kitab suci Yahudi dari "Taurat-yang-diterima".

Kasihilah Tuhan dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. (Ulangan 6:5)

Kitab-kitab suci Kristen mempertahankan bahwa Yesus menggemakan ayat di atas (
Markus 12:30, Matius 22:37, Lukas 10:27), dan karenanya memerintahkan ketundukan total kepada Allah. Selain itu, ekspresi selanjutnya mengenai keharusan untuk pasrah kepada Allah bisa ditemukan dalam Perjanjian Baru.

Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! (Yakobus 4:7-8)

Keharusan untuk pasrah sepenuhnya kepada Allah menemukan pengungkapannya yang paling jelas dalam Al-Qur'an.

Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS.3:20)

Sayangnya, sebagian besar anak-anak Israel tidak menyerahkan diri kepada Allah, yang pada awalnya dihasilkan dalam pembentukan agama Yahudi, dan kemudian dalam pembentukan agama Kristen. Dalam hal ini, Alkitab mencatat bahwa Nabi Daud AS mengucapkan kata-kata berikut sebagai wahyu dari Allah.

Akulah Tuhanmu yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir: bukalah mulutmu lebar-lebar, maka Aku akan membuatnya penuh. Tetapi umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku, dan Israel tidak suka kepada-Ku. (Mazmur 81:10-11)

Sebagai jawaban atas kegagalan untuk tunduk kepada Allah, yang dihasilkan dalam pembentukan agama Yahudi dan Kristen secara berurutan, Al-Qur'an mencatat firman Allah berikut ini.

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS.3:19)

Orang yang beriman kepada, dan mempraktikkan, ajaran Islam dikenal sebagai muslim. Kata
muslim dan Islam berasal dari akar kata Arab yang sama. Muslim secara harfiah berarti orang yang pasrah atau berserah, seseorang yang sepenuhnya pasrah kepada Allah. Kepasrahan merupakan definisi utama berkenaan dengan etimologi kata Islam; ada juga definisi sekunder, yaitu kedamaian. Karenanya, hanya dengan kepasrahan total dan utuh kepada Allahlah seorang muslim benar-benar akan mengalami kedamaian spiritual.

Sementara sebagian besar non-muslim secara tipikal percaya bahwa Islam mulai muncul pada abad ke-7 M dengan dimulainya dakwah Nabi Muhammad SAW, kaum muslim sama sekali menolak anggapan ini. Mereka percaya bahwa Islam telah dimulai sejak munculnya umat manusia dengan Nabi Adam AS dan istrinya sebagai orang pertama kali melaksanakan Islam.

Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. (QS.20:115)

Namun demikian, kaum muslim juga percaya bahwa Islam telah diberikan kepada umat manusia sebagai wahyu yang bersifat
progressif. Sementara inti wahyu itu--bahwa tidak ada tuhan selain Allah--tidak pernah berubah sepanjang masa. Wahyu itu kemudian disempurnakan dan diakhiri dengan wahyu terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.

...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu... (QS.5:3)


Keterangan:

1. A) Toombs LE (1971) B) Schonfield HJ (1967)
2. A) Beavin EL (1971) B) Toombs LE (1971) C) Schonfield HJ (1967)

Rujukan:

- Beavin EL (1971):
Ecclesiasticus. Dalam laymon CM (1971b): The Interpreter's One-Volume Commentary on the Bible. Nashville, Abingdon Press, 1971.
- Schonfield HJ (1967):
Reader's A to Z Bible Companion. New York, New American Library.
- Toombs LE (1971):
The Psalms. Dalam Laymon CM (1971b): The Interpreter's One-Volume Commentary on the Bible. Nashville, Abingdon Press, 1971.

ELIA BUKAN YOHANES PEMBAPTIS

Kitab Maleakhi meramalkan:

4:1. Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka.
4:2 Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang.
4:3 Kamu akan menginjak-injak orang-orang fasik, sebab mereka akan menjadi abu di bawah telapak kakimu, pada hari yang Kusiapkan itu, firman TUHAN semesta alam.
4:4. Ingatlah kepada Taurat yang telah Kuperintahkan kepada Musa, hamba-Ku, di gunung Horeb untuk disampaikan kepada seluruh Israel, yakni ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum.
4:5
Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu.
4:6
Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.


Konon katanya, Maleakhi meramalkan bahwa menjelang datangnya hari kiamat (hari pembalasan) nanti akan datang seorang nabi yang bernama Elia yang akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya.

Tentu saja, ia adalah sebuah nubuat yang secara harfiah belum terwujud!

Namun demikian, jika nama Elia yang dimaksud Maleakhi di atas adalah seorang tokoh tertentu, maka siapakah tokoh yang paling sesuai atau mendekati untuk menggantikan posisi nabi Elia?

Markus, Matius, dan Lukas, yang ketiganya dikenal sebagai injil-injil sinoptik, mengklaim bahwa Elia sebagaimana diramalkan dalam Maleakhi di atas adalah Yohanes Pembaptis. Berikut ini klaim mereka:

Lalu mereka bertanya kepada-Nya: "Mengapa ahli-ahli Taurat berkata, bahwa Elia harus datang dahulu?" Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya, bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan? Tetapi Aku berkata kepadamu: Memang Elia sudah datang dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka, sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia." (Markus 9:11-13)

Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes dan--jika kamu mau menerimanya--ialah Elia yang akan datang itu. (Matius 11:12-14)

Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?" Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka." Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis. (Matius 17:10-13)

ia (Yohanes Pembaptis) akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." (Lukas 1:16-17)


Tentu saja, kita akan terkejut, karena kenyataannya, Yohanes Pembaptis tidak mampu berbuat sebagaimana diramalkan Maleakhi tentang nabi Elia, yakni "membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya", bahkan ia harus mati dipenggal kepalanya oleh umatnya sendiri, sebagaimana catatan Alkitab berikut:

Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: "Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!" Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan. (Markus 6:25-29)

Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: "Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam." Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara dan kepala Yohanes itupun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya. Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus. (Matius 14:8-12)

Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan iapun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata: "Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?" Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus. (Lukas 9:7-9)


Para pengarang injil-injil sinoptik sengaja menggenapi nubuat Maleakhi tersebut dengan sosok Yohanes Pembaptis agar cita-cita umat Yahudi akan datangnya kembali seorang mesias terpenuhi oleh sosok Yesus, karena konon katanya Elia akan mempersiapkan jalan terlebih dahulu sebelum datangnya mesias tersebut.
Kenyataannya, dapat kita lihat sendiri bahwa Yohanes Pembaptis sama sekali tidak cocok dengan ciri-ciri nabi Elia sebagaimana disebutkan dalam kitab Maleakhi di atas.

Berbeda dengan injil-injil sinoptik,
Injil Yohanes secara tegas menolak bahwa Elia yang dinubuatkan Maleakhi tersebut adalah Yohanes Pembaptis. Berikut kesaksian Yohanes:

Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: "Siapakah engkau?" Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias." Lalu mereka bertanya kepadanya: "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi yang akan datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!" (Yohanes 1:19-21)

Ringkasnya, nubuat Maleakhi di atas sebenarnya merupakan ramalan yang tidak pernah terwujud!

Namun demikian, jika kita harus mencocok-cocokkan pesan Maleakhi di atas, tentulah Nabi Muhammad SAW
jauh lebih cocok menggantikan sosok Elia dibandingkan dengan Nabi Yahya AS (Yohanes Pembaptis), karena beliau adalah nabi terakhir yang mampu "membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya" sebelum datangnya hari Tuhan yang besar itu (hari pembalasan).

Selasa, 08 September 2009

Kisah Hollywater

Bekas Padri Katholik daripada negeri Sabah. Nama Kristiannya sebelum menganut Islam ialah Thomas Layden. dan kini beliau merupakan seorang mubaligh Islam yang sangat gigih menyebarkan dakwah Islam kepada Masyarakat terutama golongan Kristian sendiri. Bekas Padri Thomas ini berasal dari Sabah dan telah menganut islam pada awal tahun 90han. Oleh sebab beliau seorang bekas Padri, dan pernah tinggal bersama-sama dengan Pope (John Paul II) di Vatican, beliau sangan arif tentang agama Kristian dan sangat arif tentang apa yang berlaku di Vatican.

Di antara perkara yang dijelaskan kepada saya, dan juga kepada orang ramai tentang agama Kristian (Khatolik), ialah tentang Kitab Gospel Of Barnabas, yang dianggap oleh pihak Gereja Kristian sebagai apocryphal(dianggap meragukan kandungan dan pengarangnya), tentang biara (yang ada di bawah tanah Gereja Vatican), Celebacy (Padri dan Nun tak boleh kahwin), bacaan talqin, kesah Confession ( memohon ampun) dan sebagainya. Tentang Biara, beliau mengatakan bahawa di Gereja vatican, terdapat sebuah biara (Yang namanya Biara-) yang lokasinya agak terahsia. Jalan masuk ke dalam biara tersebut hanya berbentuk penutup lubang sahaja, tetapi dalamnya merupakan sebuah tempat yang menyerupai istana. hanya golongan tertentu sahaja, iaitu calon-calon Padri sahaja yang dibenarkan masuk ke dalam biara ini. leh sebab itu, padri-padri Kristian Khatolik diseluruh dunia (Yang hanya bertaraf Padri ke atas) nescaya pernah sampai dan tinggal di dalam biara ini. Dalam biara ini, bakal-bakal padri dan nun bercampur gaul dengan bebas, sehingga ada dikalangan Nun ini yang mengandung. kandungan Nun ini digugurkan dan dikeringkan untuk dijadikan air the Holy Water (Pagi ini, 22.5.98 Jam 8.30 pagi, saya telah menghubungi kawan saya itu tentang Holy Water. Ada kenyataan mengatakan bahawa Holy Water sebenarnya dibuat di Gereja,. di sini pada malam PASKA. Bekas Padri Thomas, mengatakan benar bahawa di sini pun ada di buat Holy Water, tetapi Holy Water yang ini tidak digunakan sebagai air jampian. Yang digunakan sebagaiair jampian ialah air Holy Water yang juga di buat pada malam PASKA, tetapi menggunakan air daripada larutan janin hasil hubungan antara bakal padri dengan nun. Padri dan nun sebenarnya tidak boleh kahwin, tetapi sebenarnya mereka telah enjoy seks sepuas hati semasa mereka berada di dalam biara. (kalau tidak percaya, sila tanya Padri Katholik yang berhampiran dengan anda-Padri tidak boleh bohong! tidak boleh marah! kalau bohong , kalau marah, berdosa, kalau berdosa siapa yang akan mengampun dosa kerana hanya padri sahaja yang boleh ampun dosa. Pope sendiri walaupun tidak kahwin, tetapi beliau mempunyai ramai pembantu-pembantu wanita!.(Cuba bayangkan!).Bekas Padri Thomas juga mengatakan bahawa, keimanan sesaorang terhadap Jesus Christ sebagai Reedemer juga meningkat apabila berada di dalam biara kerana seolah-olah pada masa itu terbayang dimata mereka kehadiran Jesus Christ di sana.Bagaimana Jesus Christ, sebagai seorang anak Tuhan boleh beserta dengan mereka yang melakukan maksiat!. Biasanya yang selalu bersama-sama dengan pesta maksiat ialah Syaitan dan Iblis.

Bekas Padri Thomas juga ada menceritakan kejadian yang melucukan ketika beliau sedang giat berdakwah menyebarkan agama Kristian di Indonesia. Pada suatu hari, beliau telah dipanggil oleh seorang doktor dari sebuah hospital. Beliau dipanggil oleh doktor tersebut kerana di hospital tersebut ada seorang penganut agama Kristian yang sedang nazak. Doktor mengatakan bahawa pesakit tersebut tidak ada peluang untuk hidup. latas beliau meminta bekas Padri Thomas untuk melakukan sesuatu kepada pesakit ini. seperti kebiasaan yang dilakukan oleh bekas Padri Thomas, untuk membisikkan sesuatu ke telinga orang yang hampir mati. Menurut bekas Padri Thomas, apa yang dibisikkan ke telinga pesakit (seperti yang biasa dilakukannya ) ialah ' Nabi kamu SebenarNya nabi Muhammad'. Peristiwa itu menjadi satu peristiwa yang menakjubkan dan melucukan kerana pesakit yang hampir mati itu bangkit, dan menjadi kemudah menghibuhkan kepada orang ramai tentang apa yang dibisikan oleh bekas Padri Thomas, lalu beliau menganut agama Islam. menurut bekas Padri Thomas, bacaanyang dibuat oleh Padri semasa mengkebumikan mayat orang Kristian (Khatolik) juga ada menyebutkan bahawa nabi yang sebenar ialah nabi Muhammad.

Bekas Padri Thomas juga ada menceritakan peristiwa bagaiman beliau, yang merupakan seorang bekas Padri, selalu sahaja, iaitu pada hari Ahad menerima pengakuan dosa (Confession). Satu peristiwa yang amat menyentuh hatinya ialah peristiwa di mana pada suatu hari, seorang yang telah kehilangan barang telah mengadu kepadanya tentang kehilangan barang tersebut. Beliau hanya berkata dan memberi dorongan dan galakan agar orang yang kehilangan barang tersebut bersabar. Pada hari Ahad minggu hadapannya, seorang lelaki datang kepadanya untuk membuat pengakuan dosa (confession). Orang tersebut telah mengaku bahawa ia telah mencuri barang orang yang mengadu minggu yang lalu. Seperti biasa bekas Padri Thomas, mengampunkan dosa orang itu. Peristiwa tersebut telah menimbulkan konflim dalam jiwa nya yang sememangnya telah ada dalam dirinya, lalu beliau berkata mana keadilannya!. Manakan adil bagi seorang yang kehilangan barang, mengadu nasib dan meratab kehilangan barang tiba-tiba apabila pencurinya dengan senag diampunkan dosa. Kalau bagitu, mudahlah bagi sesaorang melakukan dosa kemudian memohon ampun daripada Padri.Sekian dahulu.

Saya harap kawan -kawan saya dari penganut agama Kristian Khatolik tidak terguris hati dengan tulisan ini, kerana saya hanya melaporkan sahaja apa yang diceritakan oleh bekas Padri Thomas. kalau tak puas hati, sila hantar message pada saya james@pkrisc.cc.ukm.my saya akan cuba terangkan lebih lanjut peristiwa-peristiwa yang pernah berlaku kepada teman saya bekas padri Thomas Layde. Sekian

Vatikan yang Penuh Misteri

Seluk-beluk pemerintahan teokrasi ala Barat. Tak dipakai di mana-mana tapi dipertahankan keberadaannya, demi bisnis dan politik

Sangat sedikit --jika tak mau dibilang tak ada sama sekali, pengetahuan dunia Islam mengenai seluk-beluk Vatikan. Kecuali bahwa ia merupakan tempat kediaman Paus Jahones Paulus II, di Roma. Vatikan memang penuh misteri, baik politik, birokrasi, kebudayaan, bisnis dan eknomi, maupun berbagai intrik yang terjadi di dalamnya.

Negara kecil ini merupakan pusat keagamaan yang sangat berpengaruh, dengan kekayaan yang berlimpah termasuk jaringan media informasi --memiliki lebih dari 200 koran harian, majalah mingguan dan bulanan, 154 stasiun berita dan 49 saluran televisi yang tersebar di seluruh dunia. Kekayaan dan pengaruh itu menyentuh kehidupan ummat beragama, politik dan sosial di dunia Kristen secara khusus dan dunia lain secara umum. Penganut Katolik di dunia dewasa ini sekitar 900 juta jiwa.

Vatikan dengan luas wilayah tidak lebih dari 44 hektar punya banyak rahasia yang sulit dipercaya oleh dunia. Diantaranya, memiliki jalan-jalan rahasia dan perbatasan-perbatasan khusus dan akses-akses rahasia bawah tanah. Misteri ini diyakini oleh banyak orang, tak heran kalau ia mendapat julukan sebagai "kerajaan penuh rahasia".

Pasukan Swiss yang ditugasi menjaga Vatikan disumpah untuk tidak membocorkan rahasia apapun tentang pusat Kristen Katholik ini. Slogan yang popular di sana: �Tidak mungkin bagi siapapun mengetahui rahasia apapun tentang Vatikan, lalu membocorkannya sampai ke dunia lain.� Selubung misteri ini telah memancing sejumlah peneliti untuk menguak misteri dan apa saja yang terjadi di balik layar "Vatikan".

Persoalan penetapan seorang Paus selalu menjadi hal yang sangat krusial dan menyedot sorotan mata dunia dan para pemerhati. Paus Johanes Paulus II sekarang ini memang sudah uzur dan sakit-sakitan, maka soal siapa yang bakal menggantikannya menjadi perhatian banyak pihak, lebih dari 4 tahun belakangan ini.

Sebenarnya, adalah tabu membicarakan suksesi kepausan selama paus yang sedang menjabat masih hidup. Bahkan, sesudah ia meninggal, suksesi baru boleh dibicarakan pada hari ke-3 setelah kematiannya. Pada hari berikutnya, barulah dilakukan persiapan pemilihan paus baru diantara Dewan Kardinal. Peraturan ini sudah ditetapkan sejak tahun 607 Masehi dan tetap dilaksanakan hingga detik ini.

Saat kematian seorang paus para Kardinal mengadakan pertemuan di hari ke-4 di sebuah gereja kecil, masih di kawasan Vatikan. Mereka mendekam di sana, memutus hubungan dengan dunia luar sama sekali, hingga terpilihnya seorang paus baru. Proses pemilihan ini berlangsung beberapa hari atau terkadang memakan beberapa pekan. Pengumuman telah dipilihnya seorang paus ditandai dengan keluarnya asap putih dari cerobong asap di atas gereja. Keputusan yang sudah diambil tidak mungkin dapat diubah. Begitu juga, tidak diperkenankan bagi paus terpilih untuk mengajukan pengunduran diri, apapun kondisi dan situasinya. Paus yang terpilih harus menerima tugas ini sampai ajal menjemput.


Paus Johannes Paulus II yang kini menjabat dipilih oleh 111 Kardinal. Adapun pemilihan yang akan datang, akan dipilih oleh sekitar 184 orang Kardinal. Namun bila ada diantara anggota berumur di atas 80 tahun, ia tidak diperkenankan lagi untuk ikut, karena pertimbangan rumitnya proses pemilihan. Di antara mereka yang berusia di atas 80 tahun kini ada 44 orang, maka kemungkinan pemilihan yang akan datang hanya akan diikuti oleh sekitar 140 Kardinal saja.

Faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan seorang paus? Pemahaman tentang hal ini harus dirunut dari aliran-aliran Katolik yang berkembang di Vatikan. Dalam negara kaya, kecil dan berpengaruh ini tidak dipungkiri muncul persaingan dan konflik berbagai kekuatan agar dapat memegang kendali administrasi dan memilih paus yang mereka kehendaki. Tidak kurang dari 5 aliran keagamaan yang berkembang di Vatikan saat ini. Salah satu alirannya lebih dekat ke sekularisme dan 4 lainnya cenderung lebih religius.

Malta Horse, aliran ini cenderung sekuler dan punya sejarah klasik sebagai organisasi aristokrasi yang terkenal sangat memusuhi Khilafah Utsmaniyah dan dunia Islam secara umum. Kelompok ini pertama kali muncul di Rhodesia.

Opus Dei (Peranan Tuhan), aliran ini realtif masih muda, dibentuk 66 tahun silam di Spanyol, tapi memiliki pengaruh besar di Vatikan. Kelompok ini adalah kelompok rahasia. Setiap negara punya kardinal dari kelompok ini dengan membawa paspor resmi Vatikan yang punya kekebalan diplomatik. Mereka hanya bertanggung jawab kepada Paus saja, dengan slogan "Pope First".

Ordo Dominican, ordo ini mengutamakan kekekalan gereja dengan slogan "Church First". Terdiri dari golongan aristokrat Katolik, dikenal memiliki karakter yang cenderung berkhianat dan sangat dogmatis.

Ordo Fransiscan, semboyan ordo ono "Christian First." Mereka tidak banyak mencurahkan perhatian pada persoalan gereja di Roma tapi lebih kepada agama Kristen di seluruh dunia. Kelompok ini yang lebih banyak "peduli" pada kaum miskin dan papa, dan terdiri dari para pastur yang mendedikasikan diri untuk penyebaran Kristen ke seluruh penjuru bumi.

Ordo Jesuit, sebuah ordo yang menggabungkan aliran agresif seperti "Fransiscan" dan fanatik seperti "Dominican." Kelompok ini dianggap sebagai kelas intelektual di dunia Katolik secara umum. Fokus perhatian mereka adalah "Lembaga Paus". Artinya, siapa yang menjabat sebagai Paus tidak penting, tapi lembaga pausnyalah yang harus dibela mati-matian. Mereka ini termasuk yang banyak bersikap kritis bahkan menentang para paus, termasuk kepada yang sekarang sedang menjabat. Sikap ini menjadi benih konflik yang menjalar kemana-mana. Ordo Jesuit adalah aliran Vatikan yang paling agresif melakukan Kristenisasi. Anggotanya bertitel SJ di belakang namanya.

Meskipun terbagi dalam lima aliran besar, pengkutuban para kardinal di Vatikan secara umum dibagi menjadi dua, konservatif dan reformis (progresif). Paus sekarang ini tergolong aliran Konservatif dan belakangan ini sudah memilih sekitar 18 kardinal konservatif lainnya untuk memperkuat barisan aliran ini di Vatikan. Hanya saja , langkah itu belum bisa jadi penentu dalam proses suksesi mendatang.

Sulit diduga bagaimana sikap 140 Kardinal yang akan ambil bagian dalam proses pemilihan nanti. Para pengamat mengatakan, faktor bisnis juga turut menentukan sosok Paus di masa yang akan datang. Sebagai contoh, jaringan industri farmasi internasional akan turut bermain aktif menentukan Paus baru.

Perusahaan-perusahaan raksasa farmasi telah bertahun-tahun berjuang untuk menggolkan target mereka agar Vatikan menarik oposisinya terhadap program "keluarga berencana". Maka industri raksasa farmasi mendanai berbagai lembaga kewanitaan dunia agar berkampanye untuk KB, pembatasan jumlah anak, dan dibolehkannya aborsi. Bila larangan itu dicabut maka industri farmasi akan meraup keuntungan yang besar sekali dari dunia Katolik, terutama di negara-negara miskin.

Kardinal Danelis asal Belanda, dikenal sebagai sosok yang sangat mendukung program KB. Maka dari itu raksasa industri obat-obatan berusaha keras agar Kardinal Belanda tersebut dapat dipilih sebagai paus berikutnya, sepeninggal Johanes Paulus.

Namun, Danelis bukanlah satu-satunya kandidat. Di sana ada Kardinal Ataqurai (didukung gerakan Masonic Prancis), Kardinal Thamco (didukung Uni Eropa), Kardinal Lacho (didukung Italia), dan yang merupakan calon terkuat Kardinal Carlo Maria Martini ordo Jesuit. Seru juga menonton para kardinal berebut posisi nomor satu.*

Ahmad Dumyathi Bashori dari Al-Mujtama�, dzh/Hidayatullah

Senin, 07 September 2009

Nabi Palsu Lagi

Nabi Palsu

Berita detik ini hari memuat tentang bebasnya Lia Eden. Setelah kisahnya terkubur selama 2 tahun sejalan dengan berlakunya masa tahanan untuk Lia Eden, maka mulai hari ini Lia Eden siap-siap untuk membuat kehebohan baru. Tapi kok momentnya bareng dengan kisahnya Moshadeq yach…? Apakah ada keterkaitan skenario besar….? wallohu’alam……..

Kisahnya Lia dan Moshadeq menambah kisah-kisah lama tentang nabi-nabi palsu. Bahkan di jaman awal islam, setelah Rasulullah saw. wafat pun, nabi-nabi palsu ini sudah bermunculan. Diantara sekian banyak nabi palsu, barangkali yang tercatat dalam sejarah hanya beberapa saja. Musailamah al Kadzab adalah satu diantara sekian nabi palsu yang tercatat dalam sejarah.

Kalau diteliti, barangkali hampir setiap negara dan agama akan mencatat keberadaan nabi-nabi palsu. Tidak hanya dikalangan ummat islam, di kalangan komunitas kristen juga dikenal sederet daftar nama nabi palsu. Kalau dalam keyakinan ummat islam, yang juga menjadi keyakinan jumhur ulama ahli sunnah wal jamaah, bahwa Rasulullah Muhammad Saw, adalah nabi yang terakhir dan selepas beliau tidak akan ada lagi nabi. Kesepakatan ini adalah titik. Sesungguhnya Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib Al-Quraisyi telah dinyatakan oleh Allah sebagai Nabi dan Rasul terakhir, Allah sekali-kali tidak mengangkat Nabi lagi sesudahnya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah di dalam Al-Quran yang artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapa dari salah seorang lelaki di antara kamu, tapi dia adalah Rasul Allah dan penutup para Nabi. Dan Maha Mengetahui atas segala sesuatu.” (Al-Ahzab, ayat 40)

Kalaupun kemudian diyakini bahwa setiap kerusakan di muka bumi akan berujung pada diutusnya seorang nabi (sebagaimana juga keyakinannya Al Qiyadah) maka yang akan Allah pilih bukan lagi nabi, tapi seseorang yang punya derajat Mujadid. Seseorang yang Allah Swt pilih untuk mengingatkan kembali ummat islam kepada ajaran nabinya. Jadi kalaupun ada seorang mujadid di jaman ini, maka dia tidak akan membawa sesuatu yang baru, justru akan membawa ummat ini kepada apa yang pernah dibawa dan dicontohkan oleh Muhammad Rasulullah saw.

Definisi mujadid ini pula yang membedakan adanya dua aliran Ahmadiyah, yang satu menganggap Mirza Ghulam Ahmad hanya sebagai mujadid, tapi yang lain menganggap beliau sebagai nabi baru.

Diantara sekian banyak kisah nabi palsu, berikut ini beberapa kisah tragis mereka :

  • Harith bin Saad; dia mendakwa menjadi Nabi di masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Daulat Bani Umaiyah. Ramai orang yang dapat dipengaruhi dan menjadi pengikut-nya. Tapi kesudahannya dia dibunuh bersama pengikut-pengikutnya.
  • Isa Al-Asfahan; dia mendakwa dirinya diangkat menjadi Nabi di masa Khalifah Al-Mansur dari Daulat Bani Abbasiah . Akhirnya dia dihukum bunuh.
  • Faris bin Yahya, dia mendakwa dirinya menjadi Nabi di masa pemerintahan Khalifah Al-Muktaz di Mesir. Faris mengaku sebagai Nabi Isa dan mendakwa dapat menyembuhkan penyakit sopak, orang buta, penyakit kusta dan menghidupkan orang mati.
  • Ishak Al-Akhras, dia mengaku sebagai Nabi di Asfahan (Iran). Dia pandai membaca kitab Taurat, Injil dan pandai mentafsirkan Al-Quran sesuka hatinya. Di antara ajarannya ialah barangsiapa yang beriman kepada Allah, beriman kepada Nabi Muhammad dan beriman kepadanya, dialah orang-orang yang mendapat kemenangan. Kerana kepandaiannya bertutur kata, ramai orang yang dapat dipengaruhinya dan menjadi pengikutnya. Ishak pada akhirnya dapat dihukum bunuh.
  • Aswad Al-Insi, Namanya sebenar adalah Ailat bin Kaab bin Auff Al-Insi keturunan bangsa hitam Habasyah yang tinggal di Jazirah Arabia. Oleh kerana itulah dia dipanggil Aswad yang bermakna Si Hitam Pekat, dan terkenallah namanya sebagai Aswad Al-Insi. Dia mengaku dirinya sebagai nabi pada saat-saat menjelang Rasulullah SAW jatuh sakit dan segera mendapat pengikut yang ramai di kalangan kaumnya. Akan tetapi nabi palsu ini dapat dibunuh pada tahun 11 H/632M iaitu di saat-saat menjelang kewafatan Rasulullah SAW.

Dalam sejarah islam, terdapat beberapa nama lain yang masuk dalam daftar nabi palsu. Mereka adalah :

  1. Musailamah al Kadzdzab, muncul di jaman Rasululloh SAW, berlokasi di Yamamah. Nasibnya tewas di tangan Khalid bin Walid pada saat diperangi di jaman khalifah Abu Bakar.
  2. Aswad al Ansi, muncul di jaman Rasululloh SAW, dg lokasi di Yaman. Tewas di Yaman.
  3. Tulaihah al Asadi, muncul di jaman Rasululloh SAW, dari kabilah Bani Asad. Di akhir hayatnya dia bertaubat.
  4. Sajjah binti al Harits, muncul sesaat setelah Rasululloh SAW wafat. Dia berasal dari suku Tamim di Irak. Di akhir hayatnya bertaubat dan menjadi muslimah.
  5. Ahmad bin Husain
  6. Laqit
  7. Mirza Ghulam Ahmad, muncul di akhir 1800-awal 1900an.
  8. Mirza Ali Muhammad
  9. Bahaullah, pendiri aliran Baha’i.
  10. al Mukhtar bin Ubaidillah
  11. Ibnu Sam’an
  12. Amir bin Harb
  13. Abu Mansur al Ijli
  14. Ibnu Said as Sajli
  15. Abu Khattab al Asadi
  16. Ibnu Bahram al Juba’i
  17. Hasan bin Hamdan
  18. Abu Qasim an Najar
  19. al Muni’ul Qashar
  20. Ibnu Kharba al Kindi
  21. Abu Muslim as Siraj
  22. Harits bin Saad, muncul di jaman khalifah Abdul Maik bin Marwan (Bani Umayyah). Dibunuh oleh pengikutnya sendiri.
  23. Isa al Asfahani, muncul di jaman khalifah al Mansur (Bani Abbasiyah). Dihukum mati.
  24. Sai Baba, yang sekarang sudah mendunia ajarannya.

Sementara itu untuk wilayah Indonesia sendiri, sejumlah nama dibawah ini layak didaftarkan dalam daftar panjang nabi palsu, yaitu :

  1. Zikrullah Aulia Allah, berasal dari Sulawesi Tengah.
  2. Ali Taetang, berasal dari Banggai
  3. Dedi Mulyana alias Eyang Ended, berasal dari Banten.
  4. Lia Aminuddin, berasal dari Jakarta yang terkenal dengan jamaah Eden-nya
  5. Ahmad Moshaddeq yang kini sedang naik daun dengan aliran Al Qiyadah Al Islamiyah.

Daftar-daftar diatas saya kira akan terus bertambah, ini adalah salah satu ujian keimanan bagi ummat islam. Masih untung Lia Eden dan Ahmad Moshadeq tidak terlalu sakti mandraguna, akan tiba satu masa nanti akan muncul orang-orang setipe dengan Lia dan Ahmad Moshadeq yang juga dibekali dengan berbagai kehebatan. Mereka adalah bagian dari dajjal-dajjal kecil. Sampai tiba saatnya muncul apa yang selama ini kita berlindung dari fitnahnya, yaitu Dajjal……

Secara keimanan dan rohaniah, sudah selayaknya semua ini kita anggap sebagai peringatan dari Allah, agar kita semakin tawajuh untuk menguatkan keimanan dan amalan. Kuatkan amalan masjid, amalan dalam rumah dan amalan rohani individu agar kita terhindar dari fitnah yang lebih besar.

sumber :

http://tausyiah275.blogsome.com/2005/09/20/nabi-nabi-palsu/

http://www.darulnuman.com/mkisah/kisah062.html

Paulus Si Nabi Palsu

Semasa Yesus hidup di dunia sebagai nabi Allah, baginda pernah memberitahu kepada para pengikutnya suatu keterangan penting, yaitu bahwa akan datangnya beberapa Mesias palsu dan nabi-nabi palsu. Berkatalah Yesus seperti berikut:

“Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Akan datang banyak orang dengan memakai namaku dan berkata ‘Akulah dia’ dan mereka akan menyesatkan ramai orang.” (Markus 13: 5-6)

Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: ‘Lihat, Mesias ada di sini’, atau ‘Lihat, Mesias ada di sana’, jangan kamu percaya. Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul sdan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-oang pilihan.” (Markus 13:21)

Paulus, atau nama Yahudinya, Saul (Kisah 13:9), lahir di Tarsus iaitu ibu kota Cicillia di Asia Minor. Ayahnya seorang Yahudi dari suku Benyamin, dan ibunya keturunan Romawi. Dia menjadi jemaat Kristen setelah mengaku bertemu dengan cahaya di langit yang konon namanya adalah Yesus (Kisah 9:3-7). Paulus inilah juga yang memiliki peranan terbesar dalam pembentukan dogma agama Kristian, antara lain 7 dogma di bawah ini.

1. Konsep Tuhan Anak
Menurut Paulus, Allah Bapa yang berada di syurga itu mempunya anak yang sudah ada sebelum segala sesuatu ada dan segalanya dicipta melaluinya (1 Korintus 8:6; Kolose 1:5; 1 Timotius 2:5)

2. Inkarnasi
Menurut Paulus, Yesus telah melakukan inkarnasi di bumi melalui benih Daud (Roma 1:3-4; Galatia 4:4-5; Kolose 1:15; dan Ibrani 1:3). Dengan demikian, Paulus telah mendoktrinkan bahwa Yesus adalah anak Yusuf dan Maryam sebagaimana salasilah yang ditulis oleh Matius (Mat. 1:1-16).

Paulus mengatakan bahwa Yesus dalam wujudnya sebagai manusia berasal dari benih Daud (Roma 1:3). Jadi Paulus secara tidak langsung menuduh Yusuf dan Maryam bersetubuh hingga melahirkan Yesus.

3. Dosa Waris
Menurut Paulus, manusia ini sebenarnya hidup kekal di syurga, kerana kesalahan Adam, maka baginda diletakkan di bumi dan anak Adam mati. Dosa yang telah diperbuat oleh Adam itu terus dipikul oleh keturunannya (Roma 5:12-18; 1 Korintus 15:21-26).

4. Penyaliban dan Penebusan
Menurut Paulus, Yesus menyerahkan dirinya untuk berkorban hingga mati ditiang salib (1 Korintus 1:18-23; Roma 5:8; 1 Timotius 1:15). Pengorbanan Yesus adalah untuk menebus dosa manusia. Oleh kerana itu setiap orang harus beriman kepada penyaliban dan penebusan dosa ini, agar memperoleh hidup kekal dan kembali pada hari kemudian (Roma 5:18; 6:10-11; 2 Korintus 5:14; 1 Timotius 2:6).

5. Konsep Kebangkitan
Yesus bangkit dari kematian setelah dikubur selama tiga hari. Maka dari itu semua orang harus percaya bahwa Yesus telah bangkit dan hidup kekal. Siapa yang percaya akan memperoleh hidup yang kekal pula (Roma 6:4-18; 1 Korintus 15:17-20; 15:4; 2 Timotius 2:8).<

6. Tuhan Yesus
Setiap orang harus yakin bahwa Yesus adalah Tuhan (Roma 10:9). Dengan adanya dasar dogma seperti ini, pada gilirannya melahirkan doktrin Trinitas yang menetapkan bahwa Tuhan terdiri dari 3 oknum, Allah Bapa, Allah Anak dan Roh Kudus.

Dari semua konsep dogma agama yang telah diajarkan Paulus itu, ternyata hanya kebohongan belaka. Sebagaimana yang dikatakannya sendiri dalam suratnya kepada jemaat di Roma 3:7 seperti berikut:

“Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?” (Roma 3:7)

Demikianlah Saul yang berganti nama menjadi Paulus setelah dia berhasil mengambil peranan dalam ajaran Yesus. Dia tidak pernah melihat Yesus dan tidak pernah bertemu dengan Yesus secara langsung, sebagaimana para murid (pengikut Yesus) yang lainnya, tapi dia mengatakan bahwa ia mempunyai hubungan langsung dengan Yesus, dengan demikian maka tidak ada hak bagi siapa saja untuk menentangnya terhadap ajaran-ajaran yang dikatakannya langsung diterima dari Almasih.

Kehadiran Paulus di tengah-tengah para Rasul adalah berkat jasa Barnabas, dan ini boleh kita pastikan bahawa Barnabas memiliki pengaruh yang sangat penting di kalangan para murid Yesus yang lainnya sehingga mereka mahu patuh terhadap keputusannya. Barangkali kerana alasan inilah dengan adanya kehidupan Barnabas dicatat dengan terperinci pada kitab Kisah Para Rasul. Sifat hubungan antara Barnabas dan Paulus ditunjukkan dalam Kisah 13:1-2 sebagai:

“Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus. Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada uhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: ‘Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang Kutentukan bagi mereka’.”

Dalam daftar para pengikut Yesus, Lukas menyebut Barnabas dalam urutan pertama dan Saul/Paulus dalam urutan terakhir.Kerana telah terpilih untuk bekerjasama, maka para rasul menyebar, dan Barnabas serta Paulus berangkat bersama Markus untuk menyebarkan ajaran Yesus di Yunani. Sementara James, putera Maria dari suami Yusuf, ditinggal sebagai ketua para pengikut Yesus, Peter juga tetap tinggal.

Dalam kitab kisah Rasul diceritakan, di samping mereka kadang-kadang dilempari batu d ibeberapa tempat, dua orang penyebar agama tersebut sangat berhasil. Reputasi mereka sebagai manusia-manusia pelayan Tuhan tersebar luas.

Ketika mereka sampai ke Lucaonia dan menyembuhkan seorang yang pincang, terdapat desas-desus bahwa dewa-dewa telah diturunkan kepada mereka dalam bentuk manusia. Mereka memanggil Barnabas dengan sebutan Jupiter dan Paulus dengan sebutan Mercuries. Kemudian para pendeta (penyembah) Jupiter membawa binatang ternak dan karangan bunga kepintu-pintu gerbang, dan akan melakukan pengorbanan bersama orang-orang banyak. Maka ketika para rasul tersebut, Barnabas dan Paulus, mendengar tentang hal tersebut, mereka mengoyakkan pakaian dan lari ke kumpulan orang yang sedang berteriak-teriak:

“Dan mereka berdua berkata :’Tuan-tuan, mengapa anda melakukan semua ini? Kami berdua juga manusia yang ingin membagi kasih dengan saudara, dan mengajarkan kepada anda tentang Tuhan Yang Maha Hidup yang telah menciptakan langit dan bumi, laut dan segala sesuatu yang ada didalamnya’” (Kisah 14:15)

Jika reaksi dari penduduk Yunani adalah seperti ini (yang menganggap Barnabas dan Paulus sebagai dewa berupa manusia), maka hal ini menandakan bahwa kedua-duanya mengalami masalah dalam menyebarkan ajarannya. Seorang yang mengenali Yesus akan sangat mudah mengenali bahwa ajarannya merupakan sambungan dari ajaran Musa. Tetapi bagi kebanyakan penyembah berhala, ajaran ini dipandang baru dan aneh. Semua penyembah berhala, yang mengakui banyak dewa tetap mempercayai bahwa Tuhan itu beragam.

Bagi orang-orang Yunani, penggambaran tentang Yesus, sesuai dengan salah satu dewa mereka, dan mungkin sekali mereka siap untuk menerima ajaran Yesus dalam penggambaran seperti ini. Sebab bagi pemahaman mereka, tetap ada ruang untuk lebih dari satu.

Ajaran Yesus mengenai konsep tauhid adalah suatu bentuk penghapusan semua dewa-dewa yang berbagai-bagai itu. Ajaran inilah yang tidak dapat diterima oleh mereka. Bagi orang yang setulus dan seteguh Barnabas, tugas menciptakan cara hidup yang diajarkan Yesus di Yunani tanpa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, pastilah sangat berat.

Bagi Paulus, yang telah memperlihatkan kecenderungannya merubah ajaran yang diketahuinya, melihat kesempatan untuk berdakwa dengan terlebih dahulu menggunakan kepercayaan orang-orang Yunani tersebut dan ditamsilkan ke dalam Yesus.

Saat itu Yunani telah menjadi sebahagian dari kekaisaran Romawi. Dewa-dewa Romawi banyak memiliki kemiripan dengan dewa-dewa yang dianut oleh orang Yunani.

Dan Paulus adalah orang yang sangat pandai memanfaatkan situasi, dia menyadari sepenuhnya keteguhan kepercayaan dalam agama Greeco-Roman (campuran Yunani dan Romawi) dari rakyat awam didalam kekaisaran Romawi tersebut. Jelas terlihat bahwa ia merasa tidak mungkin merubah cara ibadah mereka tanpa merubah ajaran Yesus.

Barnabas, di sisi lain sebagaimana tercatat dalam Matius 5:18, bahwa Yesus mengetahui bahwa penciptaanya/kelahirannya tidak menginginkan hukumnya dikurangi dan diubah sekecil mana pun. Untuk itu dia tetap berpegang teguh pada ajaran yang pernah diterima langsung olehnya. Akhirnya mereka berdua, Barnabas dan Paulus lebih banyak bersilang pendapat.

Tercatat dalam Kisah Rasul 15:39-40: “Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus berlayar ke Siprus.”

Sangat menarik untuk dikaji apabila Barnabas tercatat pada kisah Rasul, bahwa dia telah dipilih oleh Roh Kudus untuk menyebarkan ajaran Yesus, tetapi perkara ini ditolak oleh Paulus. Kedudukannya telah cukup kuat dan dia tidak perlu lagi bergantung pada Barnabas. Lebih jelas lagi, Paulus adalah warga negara Romawi dan boleh berbahasa Romawi, juga boleh berbahasa Yunani sebagai bahasa rasmi daerah kelahirannya, Tarsus. Surat-surat yang ditulisnya pada masa berikutnya kepada komuniti-komuniti Kristen di Yunani pastilah ditulis dalam bahasa ibundaya. Ini jelas apabila Paulus dapat pergi ke Yunani dan Itali tanpa mengalami kesulitan dalam bahasa. Barnabas pada masa yang sama, tidak pandai berbicara dalam kedua-dua bahasa tersebut. Markus yang boleh berbahasa Yunani, harus menyertainya pada perjalanan misi pertamanya ke Yunani sebagai penterjemah. Jika Barnabas pergi bersendirian, maka ia tidak akan boleh difahami. Oleh sebab itu penolakan Paulus untuk bepergian bersama Markus kerana khuatir akan terbongkar penyimpangan Paulus pada saat berdakwah, sehingga Barnabas akan mencegahnya.

Di dalam buku “History of Christianity in the Apostolic Age” (hal. 216, 231, 424-25), A.G Mc Giffert berkata:

“Barnabas … yang haknya untuk bekerja (menyebarkan agama) dikalangan orang-orang zuhud telah diakui di Yerusalem …(kemudian) ia harus kembali dan memisahkan dirinya dari mereka (orang-orang zuhud) sangatlah aneh. Barnabas tidak menyetujui doktrin Paulus tentang kebebasan orang-orang Kristen dari segala bentuk hukum (sebelumnya; agama Musa)… perpisahan Paulus dan Barnabas dinyatakan oleh penulis kitab kisah Rasul sebagai akibat dari pertikaian mereka yang menyangkut Markus.

Tetapi alasan sebenarnya jauh lebih dalam daripada alasan tersebut… orang yang paling dekat dengan Paulus dan sangat intim bergaul dengannya pada masa-masa awal karirnya sebagai orang Kristen adalah Barnabas, …yang merupakan seorang anggota dari gereja di yerusalem pada masa permulaan… persahabatannya sangat berarti bagi Paulus dan pasti memiliki andil dan pengaruh yang tidak kecil terhadap orang-orang Kristen. Barnabas bertindak sebagai pendukung Paulus dimasa awal. Padahal sebelumnya, Paulus adalah penyiksa orang-orang Kristen yang tak pernah terlupakan.

Perubahan sikap Barnabas terhadap Paulus hanya boleh terjadi sebagai akibat pengalaman-pengalamannya selama dia bersama dengan Paulus. Segala harapannya agar Paulus mengubah pandangannya dan benar-benar menjadi pengikut Yesus telah sirna. Barnabas telah menyedari kesalahan dalam tindakannya, maka dia pergi meninggalkan Paulus. Sebelum dia mencuba menyebarkan suatu ajaran, yang sebenarnya hanya ditujukan kepada orang-orang Zuhud tampaknya ia melihatnya sebagai suatu tujuan yang tepat. Tetapi setelah mencubanya, pengalaman membuktikan bahwa hal itu tidak mungkin.

Tampaknya pengalamannya di Antiokia jauh lebih berhasil kerana terdapat orang-orang zuhud yang datang kepada para pengikut Yesus dan meminta untuk diterima sebagai orang-orang Kristen. Tetapi ketika Barnabas dan Paulus datang ke Yunani, justru mereka berdua yang meminta orang-orang untuk menjadi Kristen. Tidak terdapat catatan tentang apa yang terjadi setelah Barnabas kembali ke Cyprus. Tetapi diketahui bahawa dia mati sebagai seorang syahid yang memegang teguh kepada ajaran Yesus.

Sekalipun terdapat bukti bahwa Barnabas diasingkan oleh sebahagian besar halaman-halaman Alkitab, tapi jelas terlihat bahwa dia telah menjadi bahagian tidak terpisahkan dalam sejarah Kristen dan jelas tidak boleh diabaikan begitu sahaja. Secara terang-terangan ia ingin menegaskan dan mengajarkan apa yang telah didengarnya dari yesus pada masa-masa awal sejarah gereja, pada saat sebagian orang yang paling dekat dengan yesus. Kesetiaan Barnabas terhadap Yesus diakui oleh teman-temannya maupun lawan-lawannya. Di rumah saudara perempuannya, Yesus melaksanakan jamuan paskah, dan tentunya rumah tersebut tetap menjadi tempat pertemuan bagi para pengikut Yesus setelah baginda menghilang.

Pengaruh Barnabas terhadap para murid Yesus dan pengikut lainnya telah dipastikan oleh Alkitab sendiri. Barnabas dipanggil sebagai seorang nabi, guru dan juga seorang murid Yesus oleh Lukas yang kesetiaannya kepada Paulus tidak diragukan lagi.

Setelah Barnabas kembali ke Cyprus, Paulus meneruskan misinya. Sekalipun ia telah cukup lama bergaul dengan orang-orang Kristen awal yang membuat ia bisa diterima dikalangan mereka, tapi ia menyadari kelemahan posisinya. Dia dipanggil murid Yesus, sekalipun ia mengaku memiliki akses kepada Yesus melalui wahyu, tetapi dia tetap memerlukan seseorang yang pernah hidup bersama Yesus untuk menyertainya dalam perjalanan-perjalanannya di kalangan orang-orang Gentile. Seorang teman yang merupakan saksi langsung kehidupan Yesus, akan memberikan kepadanya dukungan yang sangat bernilai dan bisa mendukung argumen-argumennya dengan kewibawaan tambahan. Untuk itu dia memujuk Petrus untuk bergabung dengannya.

Kedua orang yang dahulunya saling bermusuhan dengan tajam, dan sekarang bisa bersatu adalah suatu hal yang mengejutkan. Tetapi situasi telah berubah. Sekarang Paulus telah diterima oleh orang banyak sebagai seorang Kristian dan tidak lagi dipandang sebagai penyiksa.”

Sudah tepatlah apa yang telah dikatakan oleh Yesus dalam Injil Matius:

“Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata: ‘Akulah Mesias’ dan mereka akan menyesatkan banyak orang.” (Matius 24:4-5)

Ramalan Yesus itu terbukti, bahwa ada orang mengaku Rasul yang diutus olehnya dengan mendapat bimbingan dari Roh Kudus. Tetapi rasul palsu ini mengajarkan dogma yang bertentangan dengan ajaran Yesus. Sila anda buka dan teliti pertentangan antara ajaran Yesus dengan Paulus.

Beberapa contoh perbezaan ajaran Yesus dan Paulus:

- Yesus sunat (Lukas 2:21) tetapi Paulus melarang sunat (Roma 2:29; Galatia 5:2).
- Yesus menyuruh agar manusia menyembah Allah, tetapi Paulus mempertuhankan Yesus.
- Yesus tidak pernah mengajarkan dosa waris pada manusia.Yesus mengajarkan orang untuk bertaubat sendiri, bukan pada dirinya, (Matius 18:1-3 dan Lukas 16:19-29). Di Alkitab tertulis bahawa seseorang itu tidak menaggung dosa orang lain (Matius 16:21 dan Yehezkiel 18:20). Pauluslah yg mengajarkan dosa waris (lihat Surat Paulus di Rum 5:12-15). Maka jelaslah bahwa “dosa waris” tidak pernah diajarkan Yesus tapi pelopornya adalah Paulus.

Nabi-Nabi Palsu

Sekarang muncul lagi nabi palsu di Indonesia. Adalah Ahmad Moshaddeq, yang sejak 23 Juli 2006 setelah bertapa selama 40 hari 40 malam mengaku dirinya mendapat wahyu dari Allah mengaku sebagai Rasul menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW (keblinger banget nih orang). Syariat yang dibawa Moshaddeq ini emang beda, misalnya nggak ngewajibin shalat 5 waktu, dsb. Aliran Al Qiyadah AL Islamiyah yang dibawa Moshaddeq ini pertama muncul di Jakarta kemudian berkembang ke berbagai daerah. Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah ini penuh kesesatan.

Untungnya MUI udah tegas-tegas ngeluarin fatwa MUI . sesat buat aliran Al Qiyadah Al Islamiyah yang dibawa si Moshaddeq ini.
Munculnya nabi palsu ini sebenernya kabar yang udah kadaluarsa dalam sejara agama Islam. Soalnya sejak jaman Nabi Muhammad dan sahabatnya, kemunculan nabi boong-boongan ini udah ada. Nabi-nabi palsu juga nggak hanya muncul di negara-negara yang punya basis agama kuat seperti Indonesia, India, atawa Pakistan. Di negara yang udah modern sekalipun banyak orang yang ngaku dirinya utusan tuhan dan nabi.
Nabi palsu juga nggak hanya didominasi kaum pria. Kaum perempuan juga ada yang ngaku sebagai nabi, misalnya Lia Aminudin.
Beberapa nama di bawah ini misalnya nama orang-orang yang mengaku menjadi nabi :
• Musailamah al Kadzdzab, muncul di jaman Rasululloh SAW. Ia tewas di tangan sahabat rasul Khalid bin Walid.
• Aswad al Ansi, muncul di jaman Rasululloh SAW. Tewas di Yaman.
• Tulaihah al Asadi, muncul di jaman Rasululloh SAW dari kabilah Bani Asad. Di akhir hayatnya dia bertaubat.
• Sajjah binti al Harits, muncul sesaat setelah Rasululloh SAW wafat. Dia berasal dari suku Tamim di Irak. Di akhir hayatnya bertaubat dan menjadi muslimah.
• Ahmad bin Husain
• Mirza Ghulam Ahmad. ‘Diangkat’ menjadi nabi oleh Inggris dg agama Ahmadiyah (ndompleng Islam tapinya) di akhir hayatnya mati sakit di kamar mandi (beberapa sumber menyatakan di wc) dg kondisi menyedihkan.
• Mirza Ali Muhammad.
• Bahaullah, aku hanya tau agama yg dia sebarkan, agama Baha’i.
• al Mukhtar bin Ubaidillah.
• Ibnu Sam’an.
• Harits bin Saad, muncul di jaman khalifah Abdul Maik bin Marwan (Bani Umayyah). Dibunuh oleh pengikutnya sendiri.
• Isa al Asfahani, muncul di jaman khalifah al Mansur (Bani Abbasiyah). Dihukum mati.

Nama-nama nabi palsu yang berasal dari Indonesia juga cukup banyak. Bahkan di antaranya adalah dukun cabul yang ternyata banyak berbuat criminal. Nama-nama nabi palsu ini adalah.
• Zikrullah Aulia Allah, dari Sulawesi Tengah.
• Ali Taetang, berasal dari Banggai
• Dedi Mulyana alias Eyang Ended, berasal dari Banten. Nabi palsu ini sebenarnya malah dukun cabul.
• Lia Aminuddin, berasal dari Jakarta. Sekarang kasusnya udah masuk persidangan.
• Ahmad Moshaddeq yang membawa ‘agama’ Al Qiyadah Al Islamiyah.

Tafsir Al-Qur’an ; Kajian Singkat Atas Metode Tafsir Ijmali


Pendahuluan
Al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar dalam sejarah ke-Rasulan telah terbukti mampu menampakkan sisi kemukjizatannya yang luar biasa, bukan hanya eksistensinya yang tidak pernah rapuh dan kalah oleh tantangan zaman, tetapi al-Qur’an selalu mampu membaca setiap detik perkembangan zaman, sehingga membuat kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ini sangat absah menjadi referensi kehidupan umat manusia. Karena menurut Rahman al-Qur’an merupakan sebuah dokumen untuk umat manusia sekaligus sebagai petunjuk bagi umat manusia.

Al-Qur’an tidak hanya berbicara tentang moralitas universal kehidupan dan masalah spritualitas, tetapi juga menjadi sumber ilmu pengetahuan manusia yang unik dalam sepanjang kehidupan umat manusia.

Al-Qur’an bagi kaum muslimin adalah verbun dei (kalamullah) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, Nabi yang ummi melalui perantara Jibril selama kurang lebih dua puluh tiga tahun lamanya. Proses penurunan wahyu dalam kurun waktu tersebut dilakukan dengan cara bertahap sesuai dengan kebutuhan sosial masyarakat pada masa Nabi, sehingga terangkum menjadi 30 juz, 114 surat dan 6666 ayat.

Sebagai firman Allah, Al-Qur’an merefleksikan firman Allah yang memuat pesan-pesan ilahiyah untuk umat manusia. Secara bahasa, Al-Qur’an memang menggunakan bahasa manusia, karena al-Qur’an memang ditujukan kepada umat manusia sehingga harus bisa mengadaptasi bahasa yang menjadi objek dan sasaran al-Qur’an. Aka tetapi, di balik rangkaian ayat-ayat al-Qur’an tersebut, pesan substansial dari makna hakiki al-Qur’an tidak ditampakkan oleh Allah.

Para pembaca al-Qur’an masih harus mampu melakukan kerja-kerja penafsiran yang maksimal untuk menemukan pesan ideal Allah di balik ayat al-Qur’an yang tersurat. Artinya, tanpa ada upaya menemukan pesan tersebut, al-Qur’an hanya akan menjadi rangkaian ayat yang terdiam, karena al-Qur’an yang berwujud mushaf dan tidak lebih dari kumpulan huruf-huruf yang tidak akan mampu memberikan makna apa-apa, sebelum diajak berbicara. Hal ini merupakan konsekwensi rasional dari asumsi bahwa al-Qur’an – dalam pandangan kaum hermeneutis – merupakan teks diam dan tidak bisa berbicara dengan sendirinya, sementara al-Qur’an dibutuhkan untuk bisa berbicara guna menjawab setiap perjalanan zaman.

Upaya menemukan makna ideal di balik suratan ayat al-Qur’an tersebut membutuhkan kerja-kerja penafsiran yang total, karena kehadiran al-Qur’an yang tersurat tidak disertai dengan kehadiran makna substansial di dalamnya. Allah sepertinya memberikan kesempatan kepada umat manusia untuk menginterpretasi isi al-Qur’an sesuai dengan kemampuannya, dengan tetap berpijak pada visi dasar al-Qur’an sebagai rahmatan lil alamin. Artinya setiap penafsiran yang dilakukan harus selalu dirujukkan pada visi dan arah kehadiran al-Qur’an ke muka bumi ini, sehingga setiap penafsiran yang dilakukan minimal mendekati terhadap apa yang ingin disampaikan Tuhan melalui ayat-ayat-Nya. Oleh karena itu, Islam, al-Qur’an dan penafsiran merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Dalam istilah Edward W. Said, tidak akan ada Islam tanpa al-Qur’an ; sebaliknya, tidak akan ada al-Qur’an tanpa Muslim yang membacanya, menafsirkannya, mencoba menerjemahkannya ke dalam adat istiadat dan realitas-realitas sosial.

Munculnya berbagai model dan metode penafsiran terhadap al-Qur’an dalam sepanjang sejarah umat Islam merupakan salah satu bentuk upaya membuka dan menyingkap pesan-pesan teks secara optimal sesuai dengan kemampuan dan kondisi sosial sang mufasir. Salah satu metode penafsiran yang telah digunakan oleh sebagian mufasir dalam sejarah penafsiran umat Islam adalah metode Ijmali, seperti yang akan diuraikan dalam tulisan ini. Metode tafsir ijmali merupakan salah satu dari 4 metode penafsiran (maudlu’i, muqaran dan tahlili)yang pernah berkembang di kalangan umat Islam dan diterapkan menjadi beberapa kitab tafsir.

Metode Tafsir Ijmali
1.Definisi
Secara definitif, metode ijmali (global) ialah mencoba menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an secara ringkas dan padat, tetapi mencakup (global). Metode ini mengulas setiap ayat al-Qur’an dengan sangat sederhana, tanpa ada upaya untuk memberikan pengkayaan dengan wawasan yang lain, sehingga pembahasan yang dilakukan hanya menekankan pada pemahaman yang ringkas dan bersifat global.

Dalam metode ini, mufasir berupaya untuk menjelaskan makna-makna al-Qur’an dengan uraian singkat dan mudah dipahami oleh pembaca dalam semua tingkatan, baik tingkatan orang yang memiliki pengetahuan yang ala kadarnya sampai pada orang yang berpengetahuan luas.

Dengan kata lain, metode tafsir ijmali menempatkan setiap ayat hanya sekedar ditafsirkan dan tidak diletakkan sebagai obyek yang harus dianalisa secara tajam dan berwawasan luas, sehingga masih menyiasakan sesuatu yang dangkal, karena penyajian yang dilakukan tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-Qur’an, sehingga membaca tafsir yang dihasilkan dengan memakai metode ijmali, layaknya membaca ayat al-Qur’an. Uraian yang singkat dan padat membuat tafsir dengan metode ijmali tidak jauh beda dengan ayat yang ditafsirkan.

2.Tujuan dan Target
Metode ijmali yang dipakai oleh para mufasir memang sangat mudah untuk dibaca karena tidak mengandalkan pendekatan analitis, tetapi dilakukan dengan pola tafsir yang mudah dan tidak berbelit-belit, walaupun masih menyisakan sesuatu yang harus ditelaah ulang. Metode ijmali memiliki tujuan dan target bahwa pembaca harus bisa memahami kandungan pokok al-Qur’an sebagai kitab suci yang memberikan petunjuk hidup.

3.Mekanisme Penafsiran
Proses penafsiran dengan menggunakan metode ijmali sebenarnya tidak jauh beda dengan metode-metode yang lain, terutama dengan metode tahlili( analitis). Mekanisme penafsiran dengan metode ijmali dilakukan dengan cara menguraikan ayat demi ayat ayat serta surat demi surat yang ada dalam al-Qur’an secara sistematis. Semua ayat ditafsirkan secara berurutan dari awal sampai akhir secara ringkas dan padat dan bersifat umum. Uraian yang dilakukan dalam metode ini mencakup beberapa aspek uraian terkait dengan ayat-ayat yang ditafsirkan, antara lain :

1.Mengartikan setiap kosakata yang ditafsirkan dengan kosakata yang lain yang tidak jauh menyimpang dari kosa kata yang ditafsirkan.
2.Menjelaskan konotasi setiap kalimat yang ditafsirkan sehingga menjadi jelas.
3.Menyebutkan latar belakang turunnya (azbabun nuzul) ayat yang ditafsirkan, walaupun tidak semua ayat disertai dengan azbabun nuzul. Azbabun nuzul ini dijadikan sebagai pelengkap yang memotivasi turunnya ayat yang ditafsirkan. Azbabun nuzul menjadi sangat urgen, karena dalam azbabun nuzul mencakup beberap hal : (a) peristiwa, (b) pelaku, dan (c) waktu.
4.Memberikan penjelasan dengan pendapat-pendapat yang telah dikeluarkan berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh Nabi, sahabat, tabi’in maupun tokoh tafsir.

4.Ciri Metode Ijmali
Metode ijmali berbeda jauh dengan metode komparatif maupun metode tematik. Kedua metode tersebut lebih populer di kalangan dunia tafsir, sementara metode ijmali tidak sepopuler kedua metode tersebut. Ciri khas metode ijmali, antara lain. Petama, mufasir langsung menafsirkan setiap ayat dari awal sampai akhir, tanpa memasukkan upaya perbandingan dan tidak disertai dengan penetapan judul, seperti yang terjadi pada metode komparatif (muqaran) dan metode maudhu’i (tematik).

Kedua, penafsiran yang sangat ringkas dan bersifat umum, membuat metode ini lebih sanat tertutup bagi munculnya ide-ide yang lain selain sang mufasir untuk memperkawa wawasan penafsiran. Oleh karena itu, tafsir ijmali dilakukan secara rinci, tetapi ringkas, sehingga membaca tafsir dengan metode ini mengesankan persis sama dengan membaca al-Qur’an.

Ketiga, dalam tafsir-tafsir ijmali tidak semua ayat ditafsirkan dengan penjelasan yang ringkas, terdapat beberapa ayat tertentu (sangat terbatas) yang ditafsirkan agak luas, tetapi tidak sampai mengarah pada penafsiran yang bersifat analitis. Artinya, walaupun ada beberapa ayat yang ditafsirkan agak panjang, hanya sebatas penjelasan yang tidak analitis dan tidak komparatif.

Kritik Metodologis
Sebagai sebuah metode penafsiran, metode ijmali di satu sisi memang merupakan bagian dari proses mencari makna di balik ayat-ayat al-Qur’an, yang tentu saja sah-sah saja diterapkan seperti metode-metode yang lain. Dalam upaya menafsirkan al-Qur’an, metode apapun bisa diterapkan selama dimaksudkan dalam rangka memahami al-Qur’an yang notabene memiliki makna dan pesan yang sangat universal. Dengan pesan yang universal tersebut, telah banyak melahirkan metode dan corak penafsiran. Inilah yang menjadi kekhasan al-Qur’an yang tidak dimiliki oleh teks-teks yang lain. Wacana al-Qur’an, merupakan firman yang luas maknanya dan beragam sisi signifikansinya. Ia merupakan firman yang tidak mungkin dibatasi makna dan signifikansinya.

Menurut Nasr Hamid Abu Zaid, beragamnya tafsir dan interpretasi terhadap al-Qur’an, karena teks menjadi sentral suatu peradaban atau kebudayaan, dan keragaman ini terjadi menurut Nasr Hamid, karena beberapa faktor. Pertama, dan ini oleh Nasr Hamid dianggap sebagai faktor yang penting, adalah sifat dan watak ilmu yang disentuh oleh teks. Artinya, disiplin tertentu sangat menentukan terhadap tujuan interpretasi dan pendekatannya. Kedua, adalah horizon epistimologi yang dipergunakan oleh seorang ilmuwan dalam menangani teks. Dengan horizon tersebut, ia mengusahakan bagaimana teks bisa mengungkapkan dirinya.

Setiap metode tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga dalam menguak makna al-Qur’an ada yang tidak bisa secara utuh menyentuh makna dan pesan dasar yang ingin disampaikan oleh al-Qur’an.

Kelebihan pada metode ijmali, terletak pada proses dan bentuknya yang mudah dibaca, dan sangat ringkas serta bersifat umum, sehingga bisa terhindar dari upaya-upaya penafsiran yang bersifat isra’iliyat. Pengaruh penfsiran isra’iliyat dalam metode ijmali bisa diantisipasi, karena pembahasan tafsir yang ringkas dan padat, sehingga sangat tidak memungkinkan seorang mufasir memasukkan unsur-unsur lain, seperti penafsiran dengan cerita-cerita isra’iliyat menyatu ke dalam tafsirannya.

Dalam beberapa kitab tafsir ditulis dengan metode ijmali, seperti Kitab Tafsir Al-Qur’an al-Karim, karya Muhammad Farid Wajdi, kitab Al-Tafsir al-Wasith, terbitan Majma’ al-Buhuts al-Islamiyah, Taj al-Tafasir, karya Muhammad Ustman al-Mirghani, dan kitab Tafsir Jalalain, karya bareng Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi. Kitab-kitab tafsir ini secara metodis ditulis dengan metode yang sama, yaitu metode ijmali, sehingga paradigma dan corak tafsirnya tentu saja memiliki kesamaan.

Namun demikian, seiring perkembangan zaman yang notabene menuntut adanya perubahan pola dan paradigma dalam melakukan proses penafsiran metode ijmali dalam kenyataannya termasuk metode yang kurang diganderungi, terutama oleh mufasir-mufasir kontemporer.

Dibandingkan metode komparatif dan metode analitis, metode ijmali (global) termasuk metode yang banyak menuai banyak kritik, dengan beberapa alas an.
Pertama, tekstualistik-skriptualitik. Metode ijmali termasuk metode yang bersifat tekstualistik-skriptualistik. Tafsir tekstulis-skriptulistis lebih menekankan pada kualitas teks daripada substansi teks, sehingga memunculkan kesan tafsir tekstualis lebih akrab dengan apa yang ada pada teks secara dhohir, padahal makna yang seharusnya dikuak terkadang tidak bisa mencerminkan tujuan moral dari teks yang seharusnya dikuak.

Bahkan, paradigma tekstualis-skriptualistik dalam penafsiran disinyalir tidak mampu memenerjemahkan makna dasar dari sebuah ayat, karena logika penafsiran hanya bertumpu pada kekuataan teks, sehingga melahirkan tafsir tektualis (tradisional). Menurut Hasan Hanafi, tafsir tradisional seringkali terjebak pada penafsiran yang bertele-tele, menafsirkan teks secara umum tanpa memperhatikan apakah dibutuhkan penafsiran di situ atau tidak.

Teks dijadikan sebagai obyek pembacaan apa adanya, tanpa mencoba membongkar makna-makna yang tersimpan di balik teks. Teks hanya dipandang pada sisi dzohir, bukan pada sisi terdalam sebuah teks. Cara pandang tekstualis dalam memahami al-Qur’an ini, pada akhirnya melahirkan kesimpulan yang tidak dalam, sehingga masih menyimpan pertanyaan-pertanyaan tentang pesan-pesan yang sebenarnya akan disampaikan oleh teks. Artinya, pendekatan tekstualis dalam memahami teks, cenderung menciptakan satu kondisi dimana realitas makna yang tersimpan atau pesan moral di balim teks “ telah diperkosa” untuk mengkuti apa yang tampak pada teks secara dhohir. Metode ijmali memakai pendekatan yang analitis sempit, yaitu tidak hanya sebatas gambaran-gambaran singkat dan umum, sehingga tidak menyentuh pada substansi teks, misalnya dalam tafsir jalalain yang ditulis dengan metode ijmali.

Dalam tafsir Jalalain setiap ayat hanya ditafsirkan dengan tetap terpaku pada kekuatan teks dan tidak dilakukan pada uhasa untuk membongkar teks secara analitis yang mendalam. Ada asumsi yang menyebutkan bahwa Jalalain merupakan tafsir yang mengedepankan corak “bertolak dari teks, berakhir pada teks dan atas petunjuk teks” dan belum mempertimbangkan realitas sebagai penghantar pada pencapaian makna. Walaupun memang dalam metode ini, azbabun nuzul juga menjadi sesuatu yang tidak dinafikan, tetapi azababun nuzul disebutkan “terkesan hanya sekedar” dijadikan sebagai pelengkap, karena tidak analisa filosofis terhadap azbabun nuzul tersebut, padahal azababun nuzul merupakan landasan pijak bagi sebuah ayat. Menurut Fazlurrahman, dalam memahami teks-teks al-Qur’an harus dilihat dalam konteks sosio-historisnya (azababun nuzul) secara tepat.

Kedua, hegemoni penafsir. Dalam tafsir dengan metode ijmali dimana uraian dan pembahasan tafsir hanya dilakukan dengan cara yang singkat dan global, sehingga tidak membuka ruang yang lebar untuk memasukkan ide-ide dari pihak lain, sehingga melahirkan paradigma hegemoni penafsiran yang berlebihan. Walaupun memang, dalam setiap penafsiran setiap mufasir memiliki hal subyektif dalam memahami al-Qur’an, tetapi dalam metode ijmali (salah satu contohnya Tafsir Jalalain), berbeda dengan tafsir-tafsir yang memakai metode non-ijmali.

Dalam tafsir Jalalain, terlihat jelas hegemoni dan kebebasan mufasir dalam menafsirkan ayat al-Qur’an sangat bebas, sampai melampaui apa yang tertera dalam teks asli. Diantaranya, penafsiran As-Suyuti terhadap ayat, “wa ‘ala ‘l-ladzina yutiqunahu fidyatun ta’amu miskin”. Artinya : dan bagi orang-orang yang mampu (mengerjakan) puasa, (diperbolehkan membayar) fidyah memberi makan orang miskin (Qs. Al-Baqarah, 184). Ayat ini oleh Suyuti ditafsirkan dengan : (wa ala ‘l-ladzina) la (yutiqunahu fidyatun ta’amu miskin), yang artinya tentu saja berbalik total menjadi : dan bagi orang-orang yang tidak mampu (mengerjakan) puasa, (diperbolehkan membayar) fidyah memberi makan orang miskin).

Terlihat dengan jelas dari tafsir yang dilakukan oleh Suyuti, penambahan huruf “la” yang berfaidah ‘nahi’, secara otomatis menafikan terhadap keta kerja setelahnya, dan tentu saja sangat berdampak terhadap pembalikan makna yang ada pada teks. Bagaimana mungkin teks yang aslinya berarti “ bagi orang-orang yang mampu”, kemudian harus dimaknai dengan “ bagi orang-orang yang tidak mampu”.

Apa yang terjadi dalam tafsir Jalalain (yang merepresentasikan penafsiran dengan metode ijmali) di atas, merupakan bagian dari alasan adanya hegemoni berlebihan seorang mufasir dalam menginterpretasi teks. Hal itu terjadi, dalam metode ijmali selain karena metode ini lebih mengedepankan tafsir terhadap kata, metode ijmali juga tidak memberikan ruang yang bebas untuk menginterpretasi, sehingga mufasir cenderung membatasi dalam untuk mengadopsi pemikiran-pemikiran lain, selain ide dan gagasannya sendiri. Akibatnya, gagasan tafsir sang mufasir menjadi gagasan tafsir yang tampak paling terbenarkan dan sangat hegemonik.

Penutup
Terlepas dari berbagai problem yang terdapat dalam metode ijmali, dalam sejarah penafsiran metode ini tetap menjadi salah satu konsep penafsiran yang layak diapreasiasi, karena berbagai kekurangan yang dimiliki oleh setiap metode tentu pasti ada. Berbagai kitab tafsir yang ditulis dengan menggunakan metode ijmali yang muncul dalam dinamika penafsiran umat Islam terhadap al-Qur’an tetap menjadi khazanah yang sangat berarti.

Tetapi, metode apapun yang dilahirkan dalam menafsirkan al-Qur’an tetap bukan harga mati yang harus menjadi pilihan atau sesuatu yang terbenarkan secara mutlak. Setiap metode tetap memiliki kekurangan dan kelebihan yang tidak bisa dinafikan. Dan, setiap individu berhak melahirkan metode-metode baru yang sesuai dengan kemampuan dirinya, karena al-Qur’an bukan hanya menjadi hak otoritas satu dan beberapa orang, tetapi menjadi hak dan miliki semua orang.

Al-Qur’an memberikan hak otonom kepada siapapun untuk menafsirkan ayat-ayatnya secara kreatif guna menemukan makna-makna ideal yang diinginkan oleh al-Qur’an. Kebebasan membaca dan menafsirkan al-Qur’an ini, tentu saja bisa dilakukan dengan cara apapun yang dimiliki oleh setiap individu.

Dari sinilah, al-Qur’an akan selalu menjadi sesuatu yang menarik, karena ayat-ayat yang universal dan global, memungkinkan setiap individu menyusun langkah-langkah metodis yang kreatif guna menemukan inti dan gagasan yang ingin disampaikan oleh al-Qur’an. Oleh karena itu, sikap kritis terhadap setiap penafsiran merupakan sebuah keniscayaan dilakukan, karena setiap mufasir bukanlah makhluk super yang tidak memiliki kelemahan, tetapi mereka juga manusia biasa yang tidak bebas dari kelemahan.

Akhirnya, penulis sangat sepakat dengan gagasan Abdul Mustaqim, dalam menghadapi berbagai corak penafsiran yang harus dilakukan. Pertama, bersikap kritis dalam melihat produk tafsir tersebut : karena setiap kemungkinan bisa terjadi, baik kemungkinan ada hidden interest dan ada penyimpangan di balik penafsiran yang dilakuakn. Kedua, apabila arguemn tafsir mereka sangat kuat, kita harus menghargai dan menghormati, walaupun tidak harus mengikuti, karena kemungkinan setiap corak (metode) penafsiran tersebut memiliki kemungkinan benar, minimal kebenaran partikuler-realatif tentatif.

Daftar Pustaka
Adnan Amal, Taufik. Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an . Jakarta : Alvabet, 2005
Anwar, Rosihon. Ilmu Tafsir . Bandung, Pustaka Setia, 2008
adz-Dzahabi, Muhammad Husein. At-Tafsir wa al-Mufassirun. Mesir, Dar al-Maktub, 1976
Baidan, Nashruddin. Metode Penafsiran al-Qur’an . Yogjakarta : Pustaka Pelajar, 2002
__________________ Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Yogjakarta : Pustaka Pelajar, 2000
Hamid Abu Zaid, Nasr. Tekstualitas al-Qur’an, terj. Khoiron Nahdliyin. Yogjakarta : LKiS,2002
Hay al-Farmawi, Abdul. Al-Bidayah fi At-Tafsir Al-Mauhu’iy. Kairo : Al-Hadharah aal-Arabiyah, 1977
Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa Agama : Sebuah Kajian Hermeneutik. Jakarta : Paramadina, 1996
Harb, Ali. Kritik Kebenaran. Yogjakarta, LKiS, 2004
Izutsu, Toshihiku .Relasi Tuhan dan Manusia. Yogjakarta : Tiara Wacana, 2003
Kholis Setiawan, M. Nur. “Al-qur’an dalam Kesarjanaan Klasik dan Kontemporer”, dalam Studi Al-Qur’an. Vol. 1, No. 1, Januari 2006
Mustaqim, Abdul. Tafsir Feminis versus Tafsir Patriarkhi. Yogjakarta : Sabda Persada, 2003
________________ Pergeseran Epistimologi Tafsir. Yogjakarta : Pustaka Pelajar, 2008
Rahman, Fazlur . Tema Pokok Al-Qur’an. Bandung : Pustaka, 1996
Redaksi Jurnal Taswirul Afkar, edisi No. 18 Tahun 2004
Saenong, Ilham B. Hermeneutika Pembebasan : Metodologi Al-Qur’an Menurut Hasan Hanafi. Jakarta : Teraju, 2002
Said, Edward W. Covering Islam. Terj. Apri Danarto. Yogjakarta : Jendela, 2002
Suhaidi RB, Mohammad. Dekonstruksi Tafsir Gender Al-Qur’an : Telaah Kritis Atas Tafsir Feminin Aminah Wadud Muhsin dan Asghar Ali Engineer. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Keislaman An-Nuqayah (STIKA), 2007
Syaba, A. Nasikhin, Menafsirkan ‘jalalain’ : Tafsir Bayani dan Problem Substansi”, dalam Jurnal Gerbang, vol. 6. No. 3 Pebruari-April 2000
Shihab, Qurays. “Membumikan Al-Qur’an” : Fungsi Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung : Mizan, 2006